Budaya keselamatan adalah bagaimana keselamatan dipahami, dinilai dan dijadikan prioritas dalam sebuah organisasi. Hal ini merefleksikan komitmen nyata terhadap keselamatan di semua level organisasi tersebut. Budaya keselamatan juga bisa didiskripsikan sebagai “bagaimana sebuah organisasi bersikap ketika tidak ada yang mengawasi”.
Definisi
Budaya keselamatan adalah bagaimana keselamatan dipahami, dinilai dan dijadikan prioritas dalam sebuah organisasi. Hal ini merefleksikan komitmen nyata terhadap keselamatan di semua level organisasi tersebut. Budaya keselamatan juga bisa didiskripsikan sebagai “bagaimana sebuah organisasi bersikap ketika tidak ada yang mengawasi”.
Budaya Keselamatan bukan sesuatu yang bisa didapat atau dibeli; namun merupakan sesuatu yang dicapai sebuah organisasi sebagai hasil gabungan Budaya Organisasi, Budaya Profesional dan, seringnya, Budaya Nasional. Karenanya, Budaya Keselamatan, bisa berupa positif, negatif atau netral. Esensinya ada pada apa yang dipercaya publik tentang arti penting keselamatan, termasuk apa yang dipercaya rekan, atasan dan pemimpin masyarakat tentang keselamatan sebagai prioritas.
Mengapa Budaya Keselamatan Itu Penting?
Budaya Keselamatan mempunyai dampak langsung terhadap performa keselamatan. Jika seorang percaya bahwa keselamatan tidak penting, bahkan sesaat, maka aktifitas tambal sulam masalah, memotong di tikungan, atau mengambil keputusan yang tidak aman menjadi hasilnya. Terutama jika dianggap resiko yang dihadapi kecil dibandingkan bahaya yang sebenarnya mengancam. Berikut adalah respon pertama yang umum disampaikan ketika bicara tentang Budaya Keselamatan:
"Kami sudah punya SMS, mengapa butuh Budaya Keselamatan juga?"
Safety Management System menunjukkan kompetensi sebuah organisasi di bidang keselamatan, serta sangat penting untuk mempunyai SMS dan staf kompeten dalam pelaksanaannya. Namun, aturan dan prosedur semacam itu tidak selalu diikuti, terutama jika orang-orang dalam organisasi percaya bahwa, misalnya, ‘mempercepat trafik’ adalah priorotas utama, bahkan jika tindakan-tindakan berisiko musti diambil. Darimana pemahaman semacam itu datang? Jawabnya terutama dari rekan-rekan sekerjanya, namun juga bisa dari atasan, termasuk sosok yang ada di puncak organisasi, yaitu CEO. Untuk memastikan adanya komitmen nyata terhadap keselamatan, pimpinan organisasi harus menunjukkan bahwa keselamatan adalah prioritas utama mereka.
Jadi, organisasi membutuhkan baik itu SMS dan Budaya Keselamatan yang sehat guna mencapai performa keselamatan yang layak. Namun dalam kasus penerbangan, masalahanya adalah dunia penerbangan umumnya sangatlah aman, dimana kecelakaan serius sangat jarang terjadi. Sehingga, hampir semua organisasi di dalamnya akan mengasumsikan kalau dirinya sudah aman. Bisa jadi ada beberapa laporan kecelakaan, namun tingkatnya tidak membahayakan; kasus-kasus keselamatan biasanya bisa ditangani. Kecelakaan pesawat umumnya disebabkan berbagai faktor yang terlalu kompleks, sehingga tidak selalu mudah untuk memprediksikannya.
Yang lebih susah diprediksi adalah berbagai situasi yang berkontribusi yang bisa berdampak pada visi kemajuan organisasi atas keselamatan. Sebagai contoh, penyembunyian kecelakaan yang harusnya dilaporkan karena takut akan adanya serangan atau tuntutan hukum; orang-orang mengambil risiko karena percaya bahwa hal itu yang seharusnya mereka lakukan; berbagai sub-grup dalam organisasi tidak saling berbagi informasi karena kurangnya saling percaya diantara mereka, dll.
Jika Anda ingin tetap selamat, Anda harus tahu realitas keselamatan di organisasi Anda sendiri.
Bagaimana seorang CEO bisa yakin jika faktor-faktor yang merusak seperti itu ada dalam organisasinya? Dengan menanyakan kepada direktur-direkturnya? Dengan mengunjungi para pekerjanya dan bertanya? Alternatifnya dengan pendekatan yang lebih serius, yaitu dengan menjalankan survei Budaya Keselamatan yang bertujuan ‘mengukur’ seberapa jauh pelaksanaan Budaya Keselamatan sebagai bahan perbandingan.
Bagaimana Mengukur Budaya Keselamatan?
Budaya Keselamatan, seperti budaya pada umumnya, susah dilihat dari dalam. Layaknya ikan berenang di dalam air—ikan tidak berpikir banyak tentang air. Karenanya, Budaya Keselamatan, umumnya pada sebagian besar industri merupakan kombinasi perspektif internal dan eksternal: pandangan ‘pihak luar’ digunakan untuk membantu pihak internal mempunyai pandangan yang lebih obyektif. Juga penting kiranya untuk mempunyai seorang ‘juara’ keselamatan di dalam organisasi yang berperan sebagai penghubung antara hasil survei dengan staff di semua level. Sosok juara ini bisanya diperankan oleh Direktur Keselamatan atau Manager Keselamatan.
Survei Keselamatan biasanya dijalankan dengan prosedur berikut ini:
Ini adalah proses coba dan uji yang dimulai dengan diskusi ‘prapeluncuran’ guna menjelaskan proses, menentukan skala pekerjaan dan mengkopi survei. Dan untuk memastikan ANSP pendekatan ini harus:
· Anonymous (Anonim)
· Confidential to the organisation (Rahasia untuk organisasi)
· Independent - not favouring any particular group (Independen—tidak berpihak pada kelompok manapun)
Proses survei haruslah mengarah pada tindakan jelas dan menyeluruh yang dibangun organisasi untuk menentukan dan mengindentifikasikan potensi masalah. Hal ini bisa terkait dengan kelompok fungsional pegawai atau proses operasional atau bisnis tertentu.
Alur waktu pendekatan ini bisa dilihat dalam gambar berikut:
Budaya Keselamatan biasanya terdiri dari komponen-komponen di bawah ini:
Apa Yang Dihasilkan Dari Budaya Keselamatan
Budaya Keselamatan yang optimal akan menghasilkan sebuah gambaran jelas dan komprehensif resiko operasional, yang menggabungkan seluruh aspek aktifitas organisasi. Hal ini dimungkinkan lewat alur informasi yang lebih baik dan menjaga dialog efektif dalam organisasi mengenai performa keselamatan sebagai prioritas.
Mengapa Kesadaran Budaya Keselamatan Penting Adanya
Sebagaimana efek ‘makro’ yang sudah dideskripsikan, fokus untuk mengetahui tingkatan budaya keselamatan dan upaya untuk mencapai tingkatan yang layak pada pencatatan kecelakaan, analisis, pelatihan staf dan integrasi prioritas pengelolaan keselamatan dan operasional.
Budaya Keselamatan harus dilihat sebagai target bisnis utama sehingga mereka yang berada di posisi ‘ujung’ terdorong untuk bertindak berdasarkan kepentingan keselamatan karena mengetahui bahwa pihak manajemen mendukung mereka. Peningkatan kesalingpercayaan ini secara otomatis akan diimbangi dampak positif terhadap produktifitas kerja.
Keragu-raguan akan validitas Survei Budaya Keselamatan sebagai alat ukur budaya organisasional bisa diatasi jika sumberdaya memadahi dengan cara melakukan dua survei independen secara pararel, di mana pada kasus-kasus sebelumnya hal tersebut bisa menghasilkan perbandingan keduanya.
Setiap organisasi berbeda dan masing-masing mempunyai budaya nasional berbeda sebagai lingkungan bisnisnya berada, sehingga kedua metode di atas dan kesempatan untuk mencapai budaya keselamatan organisasi lainnya beragam. Bagaimanapun, insight yang diperoleh lewat pengukuran budaya keselamatan reguler dan pemanfaatnya hasilnya untuk mengidentifikasikan dimana upaya perbaikanharus ditargetkan sangatlah esensial.
Apa Yang Harus Dibayar Untuk Mengukur Budaya Keselamatan?
Di setiap organisasi utamanya yang sangat besar, seringkali perlu membayar spesialis dari pihak luar untuk mendesaind dan melaksanakan survei. Bagi ANSP di Eropa, dukungan dari EUROCONTROL tersedia, dan EUROCONTROL juga mengembangkan sebuah ‘Safety Culture Toolbox’ berbasis web yang akan membantu mengakses sumber daya survei. Sebagai alternatif, sangat dimungkinkan menjalankan survei menyeluruh dengan bantuan institusi akademis yang tertarik dengan konsep pengukuran budaya bisnis.
Sebagai tambahan, akan ada biaya tambahan internal dalam bentuk waktu kerja pegawai yang berpartisipasi dalam survei, dan bagi sang ‘juara’ untuk mengkampanyekan partisipasi survei. Juga akan ada biaya administratif dalam pengorganisasian partisipasi survei. Untuk menyelesaikan setiap kuesioner dibutuhkan waktu 2-3- menit dan pertemuan grup atau workshop mungkin dibutuhkan, terutama dalam survei pertama. Implementasi peningkatan keselamatan yang diindikasikan temuan-temuan survei juga merupakan biaya internal. Bagaimanapun juga sebagaian besar kebutuhan sumber daya ini tidak sekaligus, sehingga bisa diatur alokasinya untuk meminimalisir adanya biaya tambahan.
Thu, 12.02.2015. / 05:51:51